Bahaya Radiasi Nuklir Bagi Kesehatan
Paparan zat radioaktif dapat memicu kerusakan sistem reproduksi, hingga kanker
Gempa berkuatan 9 Skala Richter mengguncang Jepang, Jumat pekan lalu. Tak hanya memicu tsunami yang menewaskan ribuan orang, gempa juga memunculkan ancaman bencana nuklir dengan tingkat radiasi sangat tinggi.
Ancaman itu datang dari empat reaktor nuklir di instalasi Dai-ichi, Prefektur Fukushima. "Tingkat radiasi sangat tinggi, dan berpotensi merusak kesehatan manusia," kata Perdana Menteri Jepang Naoto Kan, seperti dikutip Associated Press.
Paparan zat radiaktif tingkat tinggi itu dapat memicu sejumlah gangguan kesehatan seperti rambut rontok, matinya sel syaraf, kejang dan kematian mendadak, gangguan peredaran darah, penyakit jantung, serta kerusakan sistem reproduksi.
Efek sesaat radiasi bahkan dapat memicu kanker tiroid, juga perkembangan sel-sel kanker lainnya pada tahun-tahun berikutnya. "Namun, efek radiasi ini sangat tergantung kadar dan tipe zat radiaktifnya," kata Profesor Donald Olander, pakar nuklir dari Universitas California, Berkeley.
Menghadapi ancaman itu, pemerintah telah meminta sekitar 180 ribu warga dalam radius 20 kilometer dari pusat reaktor mengungsi. Sedikitnya 140 ribu warga yang bermukim di dekat zona aman juga diminta tak keluar rumah dan menutup semua ventilasi rumah.
Demi mencegah efek buruk radiasi, pemerintah setempat mulai mendistribusikan pil potassium iodide dan masker penutup hidung kepada warga di sekitar zona bahaya.
Juru bicara pemerintah Yukio Edano mengatakan bahwa negara kini memasuki darurat nuklir selepas gempa dan tsunami. Ia mengatakan, tingkat radiasi di sekitar salah satu reaktor yang bocor mencapai 400 ribu mikrosiverts per jam. Ini empat kali lipat dari batas radiasi aman bagi tubuh manusia.