Oleh: Adam
Cholil Al Bantani (Penulis Buku Dahsyatnya Puasa Nabi Daud)’
Ramadhan memang
bulan istimewa. Bulan penuh makna, hikmah dan “keajaiban”. Semua itu tidak
terdapat pada bulan yang lain. Sehingga ramadhan diberi julukan sebagai sayyidus
syuhur atau penghulunya bulan. Tidak heran, karena di dalam bulan suci itu
terkandung kedalaman makna spiritual maupun sosial. Sebuah makna yang
menyatukan antara aspek lahiriyah dan bathiniyah, spiritual dan material, serta
aspek duniawi dan ukhrawi. Sehingga segala aktifitas di dalamnya memiliki
keistimewaan tersendiri dibanding dengan bulan-bulan selainnya. Wajar kalau
Rasulullah saw., para sahabat, dan orang-orang saleh terdahulu senantiasa
menjadikan ramadhan sebagai momen untuk ‘mengeruk’ sebanyak-banyaknya
keuntungan pahala dengan semakin meningkatkan kualitas maupun kuantitas ibadah.
Apalagi pada 10 malam terakhir, Rasulullah saw. yang kemudian diikuti oleh para
sahabat lebih menggiatkan lagi ibadahnya. Aisyah ra. mengatakan:
« كَانَ رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَجْتَهِدُ في
رَمَضَانَ مَا لاَ يَجْتَهِدُ في غَيْرِهِ ، وَفِي العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْهُ مَا
لا يَجْتَهِدُ في غَيْرِهِ ».
Rasulullah saw.
sangat giat beribadah di bulan ramadhan melebihi ibadahnya di bulan yang lain,
dan pada sepuluh malam terakhirnya beliau lebih giat lagi melebihi hari
lainnya. (HR. Muslim)
Keajaiban-keajaiban
yang terdapat pada 10 malam terakhir bulan ramadhan telah banyak disebutkan di
dalam al-Qur’an maupun Sunnah. Diantaranya, pertama; terjadinya lailatul qadr yang
merupakan malam di turunkannya al-Qur’an dan dicatatnya di lauhul mahfudz
seluruh perkara yang akan terjadi di muka bumi pada tahun tersebut. Rasulullah
saw. mewanti-wanti agar umatnya memperhatikan lailatul qadr pada 10 malam
terakhir. Beliau bersabda:
« تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ
الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ».
Carilah lailatul
qadr pada tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. (HR.
Bukhori)
Kedua; orang
yang beribadah shalat pada malam lailatul qadr maka dosanya yang telah lalu
akan diampuni. “Dan barangsiapa yang berdiri (shalat sunat) pada malam lailatul
qadr dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah maka Allah mengampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Ibnu Abi Dunya dalam Fadhail Ramadhan)
Ketiga; segala
kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya. Apalagi jika bertepatan dengan
lailatul qadr maka satu amalan kebaikan pahalanya lebih baik dari amalan
kebaikan yang dilakukan selama seribu bulan atau sekitar 83 tahun. Allah swt.
berfirman:
“malam kemuliaan
(lailatul qadr) itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 3)
Sayyid Thanthawi
dalam Al-Wasith menjelaskan, lailatul qadr lebih utama dari seribu bulan karena
pada saat itu diturunkan al-Qur’an yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus
dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan karena ibadah pada
malam itu lebih banyak pahalanya dan lebih besar keutamaannya dari ibadah
berbulan-bulan tanpa lailatul qadr.
Keempat: Allah
tidak mentaqdirkan selain keselamatan pada malam lailatul qadr itu. Dimana hal
ini tidak terjadi pada malam-malam lainnya yang terdapat keselamatan dan
bencana. Pada malam itu pula para malaikat menyampaikan ucapan selamat kepada
orang-orang beriman sampai terbitnya fajar. Penjelasan tersebut disampaikan
An-Nasafi dalam Madarikut Tanzil wa Haqaiqut Ta’wil dan Az Zamakhsyari dalam Al
Kasysyaf, ketika keduanya menafsirkan ayat ke 5 dari surat al Qadr.
Dan masih banyak
lagi keajaiban-keajaiban lainnya yang menegaskan keutamaan dan kelebihan bulan
ramadhan khususnya pada 10 malam terakhir. Semua itu tentu akan semakin
mengokohkan keimanan seorang mukmin dan lebih mendekatkan dirinya dengan Allah
swt. karena berbagai ayat tersebut tentu sudah lebih dari cukup untuk
menunjukkan kemahahebatan dan keagungan-Nya. Dan bahwa Allah swt. sangat
mencintai dan menyayangi hamba-Nya sehingga Dia sediakan satu bulan yang di
dalamnya terdapat satu malam yang utama yang bisa dijadikan kesempatan oleh
hamba-hamba-Nya untuk menambah pundi-pundi pahala untuk bekal hidup kelak di
akhirat.
Menggapai
Keajaiban
Berbagai
kegiatan ibadah bisa dilakukan untuk mengisi ramadhan terutama pada sepuluh
malam terakhir bulan suci itu. Dengan kegiatan itu kita akan menggapai
keajaiban-keajaiban yang ada di dalamnya. Dan kita akan meraihnya secara penuh
jika ada kesungguhan untuk melaksanakannya. Rasulullah saw. dan para sahabat
ra. telah mencontohkan aktifitas ibadah yang penting dilakukan pada saat
malam-malam tersebut diantaranya adalah:
I’tikaf. Yaitu
diam di masjid dengan niat yang khusus dan disertai ibadah. Imam Nawawi dalam
kitab An-Nihayah mengartikan i’tikaf sebagai menetapi sesuatu dan menempatinya.
Maka orang yang menetap di masjid dengan melaksanakan ibadah di dalamnya
disebut orang yang beri’tikaf. Rasulullah saw. biasa melakukan i’tikaf pada 10
hari terakhir ramadhan. Ibnu Umar ra. Berkata:
« كَانَ رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم –
يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ »
Rasulullah saw.
beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. (HR. Mutafaq ‘alaih)
Memperbanyak
bersedekah. Ibnu Abas ra. berkata:
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ، صَلىَّ الله عليه وسلم، أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا
َيكوُنْ ُفِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ.
Rasulullah saw.
adalah orang yang sangat dermawan kepada siapapun, dan pada bulan ramadhan
beliau lebih dermawan lagi saat Jibril menemui beliau. (HR. Mutafaq ‘alaih)
Memperbanyak
membaca al-Qur’an. Karena pahala membacanya akan dilipatgandakan melebihi
pahala pada bulan selain ramadhan. Selain itu bulan ramadhan adalah bulan
dimana al-Qur’an diturunkan pertama kali. Oleh karenanya para ulama terdahulu
lebih banyak mengkhatamkan al-Qur’an dibulan ramadhan. Imam Syafi’i biasa
mengkhatamkannya sebanyak 60 kali pada bulan ramadhan lebih banyak dari bulan
lainya yang hanya satu kali dalam sehari semalam. Malaikat Jibril senantiasa
mendatangi Rasulullah saw. pada bulan ramadhan untuk membacakan al- Qur’an
kepada beliau. Ibnu Abas berkata: Jibril menemui Rasulullah saw. pada setiap
malam dibulan ramadhan kemudian ia membacakan Qur’an kepada beliau saw. (HR.
Mutafaq ‘alaih)
Melakukan ibadah
umrah. Rasulullah saw. bersabda: “Umrahlah kamu pada bulan ramadhan, karena
umrah pada bulan ramadhan sebanding dengan melaksanakan ibadah haji” (HR.
An-Nasai)
Memperbanyak
berdo’a. Dari Aisyah ra. ia berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah,
bagaimana jika suatu malam aku mengetahui bahwa itu malam lailatul qadar, apa
yang harus aku baca? Beliau bersabda, bacalah;
« اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنّي »
Ya Allah,
sesungguhnya Engkau maha pemaaf, Engkau menyukai permintaan maaf maka ampunilah
aku. (HR. Tirmidzi)
Memperbanyak
shalat sunnah.
« مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »
Barangsiapa yang
bangun (untuk shalat) pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan
keikhlasan maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Mutafaq ‘alaih)
Meraih Cinta
Allah
Segala amal nafilah
atau ibadah sunnah yang kita lakukan dengan penuh ketulusan akan mendekatkan
kita dengan Allah swt. dengan itu kita akan mendapatkan cinta-Nya. Cinta Allah
kepada seorang hamba adalah anugrah yang tidak terhingga. Karena ia akan
menjadi orang yang paling diperhatikan Allah. Ia pun akan senantiasa diliputi
kasih dan sayang-Nya yang akan mendatangkan kepada kebahagiaan yang tiada
bandingannya. Allah akan selalu membimbing setiap langkahnya sehingga ia tidak
akan terpeleset ke jurang kenistaan. Seluruh tubuhnya akan terjaga, karena
Allah akan mengendalikannya. Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Abu
Hurairah, Allah swt. berfirman:
« وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقرَّبُ إلَيَّ بالنَّوافِلِ حَتَّى
أحِبَّهُ ، فَإذَا أَحبَبتُهُ كُنْتُ سَمعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ
الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي
يَمْشي بِهَا ، وَإنْ سَأَلَني أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي
لأُعِيذَنَّهُ »
Dan tidak
henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah sunnah sampai
Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang ia
mendengar dengannya, dan penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan
tangannya yang ia memegang dengannya, dan kakinya yang ia melangkah dengannya.
Jika ia meminta kepada-Ku maka Aku akan memberinya dan jika meminta perlindungan
kepada-Ku maka Aku akan memberi perlindungan kepadanya. (HR. Bukhori)
Jika kita sudah
tahu kehebatan sepuluh malam terakhir dan keutamaan yang ada di dalamnya maka
apalagi yang membuat kita tidak tergerak untuk bersungguh-sungguh
mendapatkannya? Masihkah kebiasaan berdesak-desakan di pasar dan pusat-pusat
perbelanjaan akan terus kita lakukan? Padahal ada kegiatan yang seharusnya
diprioritaskan dari hanya sekedar mempersiapkan hari raya dengan pakaian yang serba
baru dan makanan yang beraneka ragam. Sementara ladang pahala yang lewat di
hadapan kita dibiarkan berlalu tanpa perhatian. Mungkin kesempatan ini hanya
tinggal sekarang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak tahu apakah tahun
depan kita masih bisa bertemu kembali dengan ramadhan? Semoga Allah memberi
kekuatan kepada kita untuk meraih cinta-Nya. Amin