Sepasang suami isteri dari Desa Diwek, Kabupeten Jombang, Jawa Timur misalnya. Mereka menciptakan suatu cara atau metode agar si anak didik mudah menghafal peristiwa atau nama-nama tempat bersejarah di dunia. Metode yang diberi nama Hanifida, singkatan dari nama pasangan suami istri, Hanifudin Mahadun dan Khoirotul Idawati atau Ida. Metode Hanifida menurut mereka adalah memberdayakan otak kiri dan otak kanan. “Anak akan susah menangkap jika melihat angka satu. Tapi dengan metode Hanifida, angka satu sama dengan ikan teri, angka dua sama dengan bebek dan seterusnya,”ujar suami istri itu.Hanifida, menurut mereka adalah jalan, atau cara anak didik mudah mengingat sesuatu. Misalnya warna pelangi, bisa dirumuskan sebagai me-ji-ku-hi-bi-ni-u misalnya, yaitu akronim merah,jingga,kuning,hijau,biru,nila dan ungu.
PERBEDAAN METODA HANIFIDA DENGAN METODE KONVENSIONAL
No | METODE HANIFIDA | METODE LAMA |
1 | Mengulang lebih sedikit karena menggunakan sistem bayangan & cantolan | Menghafal lebih banyak dengan mengulang-ulang atau Takror
|
2 | Mampu hafal urut maju-mundur, bahkan acak | Hafal hanya urut maju dari depan
|
3 | Hafal ayat dan terjemah dan nomer ayat | Hanya hafal ayat
|
4 | Buku dilengkapi dengan sistem cantolan, cerita, dan asosiasi | Buku tulisan ayat al-Qur’an saja
|
5 | Buku dilengkapi Qur’an bergambar/visualisasi menghafal Al-Qur’an | Buku tidak bergambar (Tidak ada Visualisasi)
|
6 | Relatif mudah hafal sulit lupa. | Relatif sulit hafal cepat lupa
|