Blog_wahid.-
psikologizone. – Persepsi orang tentang bagaimana kita mengenali wajah
seseorang? Sampai saat ini, sebagaian besar penelitian telah menjawab secara
holistik atau keseluruhan. Hasil sebuah penelitian baru mengatakan lain dari
teori yang sudah ada.
“Kami melihat
per bagian dari wajah seperti mata, hidung, dan mulut yang kemudian memahami
hubungan antar bagian tersebut. Cara ini ternyata lebih baik saat mengenali
wajah seseorang.” kata Jason M. Gold, salah satu peneliti dari Indiana University,
rilis Psychological Science (8/3).
Penelitian baru
ini diterbitkan dalam jurnal Psychological Science edisi Maret 2012. Para
peneliti terdiri dari Jason M. Gold dan Patrick J. Mundy dari Indiana
University, satu lagi Bosco S. Tjan dari University of Southern California.
Studi ini
menemukan bahwa kinerja seseorang saat mengenali wajah secara holistik tidak
lebih baik saat mereka mengenali setiap bagian dari wajah yang ditunjukkan.
“Anehnya
mengenali bagian-bagian wajah lebih baik dari pada mengenalinya secara
holistik,” kata Gold.
Untuk
memprediksi kinerja setiap peserta, para peneliti menggunakan model teoritis
yang disebut Optimal Bayesian Integrator (OBI). OBI dapat mengukur keberhasilan
seseorang dalam seri pengalaman sebuah sumber informasi, yang dalam penelitian
adalah bagian-bagian wajah.
Nilai skor saat
mengenali wajah dengan mengkombinasikan bagian-bagian wajah harus sama dengan
jumlah skor per bagian wajah.
Dalam percobaan
pertama, peserta ditunjukkan gambar bagian dari wajah tiga pria dan tiga
wanita. Peserta akan melihat satu bagian wajah misalnya mata, kemudian gambar
tersebut akan menghilang. Setelah itu enam gambar mata akan ditampilkan secara
bersamaan dalam satu layar. Para peserta diminta memilih gambar mata mana yang
baru dilihatnya.
Percobaan kedua
dilakukan dengan menampilkan keseluruhan wajah dalam bentuk oval. Percobaan
kedua ini ditujukan untuk menguji kembali teori sebelumnya melalui metode
holistik.
Pada kedua
eksperimen yang dilakukan, kinerja peserta dengan metode holistik tidak lebih
baik dari pada metode per bagian. Temuan ini mengindikasikan bahwa mengenali
bagian-bagian wajah berbeda dengan metode holistik, walaupun kemudian bagian
wajah itu dikombinasikan.
“OBI menawarkan
kerangka matematis yang jelas saat mempelajari kembali definisi sebuah konsep,”
jelas Gold.
Temuan tersebut
bisa menjadi rujukan dalam memahami gangguan kognitif seperti Prosopagnosia,
yaitu ketidakmampuan mengenali wajah. Selain itu bisa membantu untuk membangun
perangkat lunak sebagai pengamanan melalui detektor wajah.
Namun, nilai
riil dalam penelitian ini menurut Gold, “Jika Anda ingin memahami kompleksitas
dari pikiran manusia, maka memahami proses dasar bagaimana kita memandang
sebuah pola dan objek adalah bagian penting dari sebuah teka-teki.